Menulis dan menulis. Hanya itu yang aku lakukan tiap hari.
Nama ku adalah Egi, lengkapnya adalah Egi Rahmatsyah. Aku hanya seorang anak
SMA yang ingin sukses menjadi pencipta lagu terkenal. Aku bersekolah di SMA
Leader kelas XI-7. SMA ini cukup bergengsi di kotaku. Aku mempunyai sahabat
wanita bernama Ellen. Setiap hari Ellen selalu menemaniku.
Setiap hari aku selalu berusaha menciptakan lagu-lagu. Kata
teman-teman ku termasuk Ellen lagu-lagu ku bagus-bagus, yang membuatnya bagus adalah
lirik-liriknya yang selalu indah menurut mereka. Walaupun begitu setiap minggu
aku mengirimkan hampir semua laguku ke produser musik tetapi semua laguku itu
ditolak. Menurut mereka lirik lagu ku memang bagus, tetapi nada laguku sangat
jelek. Walaupun begitu aku tidak putus asa untuk terus menciptakan sebuah lagu
yang nanti akan menjadi hits di dunia permusikan.
Hari-hari ku jalani seperti biasa. Belajar,menulis lagu
serta bercanda tawa. Suatu ketika, aku berjalan menyusuri lorong-lorong
sekolah. Saat itu sedang jam istirahat. Saat melewati kelas XI-3, aku
dikejutkan dengan suara orang bersenandung, nada itu tidak pernah aku dengar
sebelumnya, sangat enak di dengar dan sangat menyentuh hati. Aku mencari asal
suara itu. Akhirnya aku tengok ke XI-3, dan ternyata ada seorang laki-laki
berambut lurus sedang bersenandung disana. Aku menghampirinya dan bertanya
“Maaf, lagu yang kau senandungkan lagu siapa?,” “Bukan urusan lu, siapa lu? Gue
tidak mengenal orang sepertimu.” Tegasnya. “Maaf, gue Egi. Gue hanya ingin tau itu
lagu siapa dan siapa nama lu?” tanyak ku lagi. “Itu adalah nada ciptaan gue
sendiri. Sekarang pergilah! Lu gak berhak tau siapa nama gue!” Bentaknya.
Aku turuti keinginannya, akhirnya aku pergi dari tempat
orang itu. Saat pulang sekolah aku mengikutinya pulang,tidak terduga aku
menabrak Ellen saat sedang membututi laki-laki itu. “Aduh, lu kenapa sih?”
Tanya Ellen, “Diam, gue sedang ngikutin orang itu.” Ujarku sambil menunjuk
laki-laki itu. “oh si Danil, kenapa lu ngikutin dia?” Tanya Ellen. “Oh namanya
Danil, tuh kan, ngajak ngobrol sih lu, Danil hilang kan.” Kataku. Aku
kehilangan jejak Danil.
Esok hari aku bertanya tentang Danil kepada Ellen. “Len, kok
lu bisa kenal Danil?” tanyakku. “Kenal lah, dia kan selalu satu kelas mulu sama
gue pas SMP” jelasnya. “oh pantes, terus dia orangnya gimana Len?” tanyaku. “
Dia itu pendiam Gi, diem banget, gak pernah bergaul sama siapapun, tertutup
banget deh orangnya. Terus dia paling gak bisa buat yang namanya puisi, lirik
dan semacamnya deh. Dulu sih dia pencipta lagu kaya lu, tapi dia udah berhenti.
Soalnya lagu dia enak di denger, tapi liriknya gak disukain orang-orang .Gue
yakin di SMA dia masih kaya gitu.Oiya awas lu sama Danil, dia tuh jago
berantem” Jelasnya. “Oh dia begitu. Oke makasih banget Len, lu temen gue paling
baik dan yang paling gua suka” kataku. Entah kenapa setelah aku bilang begitu
kepada Ellen, mukanya memerah. Entahlah.
Sekarang sudah waktu pulang sekolah, aku berencana untuk
menemui Danil karena aku ingin mengajaknya membuat lagu bersama. “Aku adalah
pembuat lirik lagu terbaik di dunia ini, dan Danil adalah pembuat nada terbaik
di dunia. Jika kita bekerja sama, pasti
lagu kami akan menjadi sejarah dan tak kan terlupakan oleh orang-orang.
Hahahahaha!” pikirku sambil berangan-angan.
Aku menunggu di depan gerbang sekolah, setelah 15 menit
akhirnya Danil lewat gerbang sekolah. Aku menghentikannya, dan langsung
berbincang dengannya. “Danil, masih inget gue?” tanyaku, “Lo itu orang yang
ganggu gue pas istirahat kan? Tau darimana nama gue?”Tanya Danil. “dari Ellen
Nil, Danil, gue mau lu gabung sama gue. Kita kerjasama buat lagu-lagu. Kita
jadi tim!” kataku. “Maaf, gue gak berminat!” katanya sangat dingin. “Danil, ayo
lah kita bisa jadi sahabat dan meraih sukses bersama. Gue minta ayo kita kerja
sama Nil.” Aku memohon. “Gue bilang enggak ya enggak! Lo susah banget sih
dibilangin. Gue gak mau berteman sama siapapun, apalagi bersahabat! Dan gue gak
berminat gabung sama lu!” Bentaknya.Dia mendorongku sampai jatuh dan akhirnya
dia pergi.
“Sial sial!! Ah!!! Kenapa sih susah banget. Padahal niat gue
baik. Gue gak akan menyerah sampe dia bener bener mau jadi sahabat gue dan
kerjasama buat lagu bareng” ucapku.
Keesokan harinya, saat pulang sekolah lagi,aku bertemu
dengannya. “Danil! Gue pengen ngomong sama lu!” panggilku. Dia tidak menggubris
ku, dia tetap jalan meninggalkanku. Aku tidak putus asa disitu, aku mengikuti
dia. Hal yang tak terduga terjadi, di tengah jalan, Danil dijegat oleh
pria-pria kekar berpakaian seperti preman. Mereka berbincang lama sekali.
Tiba-tiba Danil dan orang-orang itu berkelahi. Danil terdesak. Aku ingin
menolong, tapi aku takut sekali. Tetapi perasaanku sangat kuat untuk
menolongnya,akhirnya aku memberanikan untuk membantu Danil. Tepat disampingku
ada sebuah balok besar, dan balok itu akhirnya aku pakai untuk memukuli
preman-preman itu. Preman itu pun berhasil kabur. Tapi, kondisi Danil sangat
lemah. Dia babak belur dan pingsan dihajar preman-preman tadi.
Aku membawanya ke
rumah sakit. Aku menunggunya selama 2 jam. Dia mulai bergerak.“Danil, lu udah
sadar? Aduh kenapa lu berurusan sama
preman-preman tadi sih?” kataku. “udahlah bukan urusan lo, lo gak berhak tau
tentang itu” katanya. “lu kok gitu sih sama gue? Gue udah selamatin lu juga”
kataku. “Saudara Danil, anda sudah boleh pulang sekarang. Tapi tetap minum obat
ya.” Tiba-tiba dokter mencela pembicaraan kami. “Ya udah ayo kita pulang” kata
Danil. “Tapi, Nil…” kataku “Udahlah ayo pulang, katanya mau bikin lagu bareng” katanya.
“ha? lu yakin Nil?” tanyaku heran. “Iya bener, udah jangan banyak Tanya, cepet
anter gue pulang dulu. Biar besok kita bisa buat lagu bareng” katanya. Akhirnya
aku mengantar Danil pulang ke rumahnya dengan perasaan senang dan tidak
percaya, karena akhirnya Danil mau bergabung denganku. Saat aku sampai rumahnya,
seorang anak SMP membukakan pintu rumah Danil. “Siapa dia Nil?” tanyaku. “Oh
dia adik gue,Hana. gue tinggal disini Cuma berdua doang sama dia. Orang tua gue
di luar kota” Jelasnya.
Esok hari, tepat istirahat, Danil menghampiriku dan segera
bertanya “Gi, kapan mau buat lagunya?”. “Sekarang aja juga boleh, gue sih udah
ada banyak liriknya, tinggal lu nada-in aja Nil” jelasku. “oh begitu, sini
liriknya, biar gue jadiin lagu” kata Danil.
Akhirnya sejak saat itu kami mengerjakan proyek membuat lagu
bersama-sama. Selama beberapa bulan kami termasuk Ellen selalu bersama dan
bersahabat,bersenang-senang.Entah kenapa aku merasa jika Danil sangat mirip
denganku. Sampai suatu saat pembuatan 1 album lagu kami hampir selesai, Danil
meminta izin ku untuk berhenti sementara karena ingin menyelesaikan urusannya.
“Egi,Ellen gue minta waktu 2 hari ya buat nyelesain urusan gue.” Kata Danil
kepada aku dan Ellen. “Urusan apa sih Nil?” kata Ellen. “kalian ingat
preman-preman yang memukuliku beberapa bulan lalu? Sebenarnya mereka memukuliku
waktu itu karena ingin balas dendam denganku. Karena dulu teman mereka masuk
penjara karena aku. Dan tadi malam preman-preman itu telah menculik
adikku,Hana. Dan mereka mengirimiku surat yang isinya jika adikku ingin
selamat, aku harus datang jam 8 malam ini ke… maaf aku tidak bisa
mengatakannya.Aku harus membebaskannya, karena dia tidak ada masalah dengan
ini.” Danil menjelaskan. “Tapi Nil, kalo
lu sendiri, nyawa lu bakal terancam Nil. Biarin gue ikut sama lu ya? Kita gak
mau lu kenapa-kenapa.” Kataku. “Gak usah Gi, ini masalah gue dan gak ada
hubungannya sama sekali sama lu. Tenang aja gue gak bakal kenapa-kenapa. ” kata
Danil. “Enggak, gue gak bakal mau lu pergi sendiri. Ini sekarang udah jadi
urusan kita bersama Nil, selama ini kita udah selalu bareng-bareng. Lu sahabat
gua Nil, gue gak akan biarin lu kenapa-kenapa nanti.” Kataku memaksa. Ellen
hanya bisa terdiam mengeluarkan air mata. Tiba-tiba Danil memukulku sampai aku
terjatuh untuk membiarkan dia pergi sendiri. “Gue pesen sama lu, kalo gue gak
balik lagi. Tolong jaga adik gue ya Gi!” kata Danil sebelum pergi. “Danil
jangan Nil!” teriakku. Belum sempat berdiri Danil sudah keluar rumah Ellen
sambil berlari.
Aku bergegas pergi juga,tetapi Ellen mencegahku. “Gi, kamu
mau ngapain ngejar Danil. Nanti kamu juga ikut kenapa-kenapa. Bukankah tadi
Danil bilang dia gak akan kenapa-kenapa. Aku mohon Gi, jangan pergi. Satu orang
aja udah cukup, jangan semuanya.” Kata Ellen. “Tidak Ellen, aku harus
menyelamatkan Danil, dia sedang dalam bahaya.” Kataku. “Tapi kalo kamu kesana,
kamu juga dalam bahaya. Aku gak mau kehilangan kamu Gi, selama ini aku sayang
sama kamu Gi, tolong ngerti perasaan aku.” Paksa Ellen. “Udah kamu tenang aja
Len, aku gak bakal kenapa-kenapa. Ini semua menyangkut kita semua Len, Danil
udah bagian dari kita Len. Denger aku, aku sekarang akan pergi, dan kamu telpon
polisi nanti saat aku kabari tempat nya Danil menemukan Adiknya. Sekarang aku
mau pergi mencari Danil” kataku. “Baiklah, aku laksanakan. Tapi kamu harus
janji kalo kamu gak akan kenapa-kenapa.” Kata Ellen. “Iya aku janji” kataku.
Aku keluar, dan segera mencari Danil ke segala pelosok kota.
Aku melihat jam, sudah jam 7 malam. Aku hanya punya waktu satu jam untuk
mencari keberadaan Danil. Aku terus menerus berlari mencari tempat pertemuan
Danil dan preman itu. Aku melihat jam lagi ternyata menunjukkan pukul 08.00
malam. “Sial, aku belum menemukannya” kataku. Aku mencari lagi, sampai di suatu
gudang kosong di dekat pantai aku mendengar suara benda keras dibenturkan. Aku
segera menghampiri asal suara itu, dan benar, Danil sedang dipukuli oleh
preman-preman itu di depan adik Danil sendiri. Adiknya ketakutan sambil
menangis histeris. Aku segera ingin membantu Danil, tetapi ada yang menarikku
dari belakang. Ternyata dia Ellen yang ternyata sudah membututiku dari awal.
“Nil, jangan Nil, aku mohon “ Ellen berkata. “Ga bisa, temen kita lagi sedang
dalam bahaya. Aku harus menolongnya. Aku akan mengalihkan perhatian
preman-preman itu. Sementara kamu menyelamatkan Hana dan Danil dan langsung telpon
polisi” Kata ku. “Baiklah”Ujar Ellen.
Aku langsung berlari sambil membawa kayu untuk memukuli
preman-preman itu. Aku pukul preman itu dengan sekuat tenaga, kedua preman itu
terjatuh. Ellen pun berhasil menyelamatkan Danil dan Hana. Aku segera lega. “Prang”
bunyi itu terdengar bersamaan dengan rasa sakit di kepalaku,aku terjatuh.
Ternyata disitu ada satu preman lagi yang baru datang. Ia memukulku karena
melihat teman-temannya terjatuh. “Eh bocah , berani-beraninya lu mukul
temen-temen gue! Rasain tuh,Jalu dilawan. Hahaha ” Kata Jalu si preman. Kedua
preman yang aku pukul langsung berdiri, dan salah satunya berkata “Ayo kita
bunuh dia aja, dia udah berani sama kita”. “oke boleh “Kata Jalu. Akhirnya aku
dipukuli habis-habisan. Gelap dan sakit, hanya itu yang aku rasakan. Entah
berapa lama aku dipukuli.
Gelap, gelap dan
semakin gelap. Tiba-tiba, aku melihat sebuah tempat, serba putih. Aku kaget,
disamping ku ada seorang laki-laki tua berjanggut putih dan berpakaian putih.
“Sudah waktunya, kau harus ikut denganku.” Kata lelaki itu. “Tapi, aku belum
mau” kataku. “Ini semua sudah takdir, tidak bisa kau ubah. Tenang, kau akan
berada di tempat yang paling indah, yaitu Surga” Kata lelaki itu. “Tapi,
bagaimana dengan temanku? Aku ingin pamit kepada mereka dahulu. Tolonglah Pak
Tua, aku ingin sekali mengobrol untuk terakhir kali dengan mereka”aku memohon.
“Baiklah, silahkan. Tapi ketika aku datang kau harus siap.” Kata lelaki itu.
“Baiklah “ Kataku.
Aku ragu, apakah itu mimpi atau bukan. Entahlah. Tiba-tiba
“Egi, bangun Gi. Egi gue mohon bangun
Gi. Lu udah menyelamatkan hidup gue. Gue mohon lu bangun Gi.” Terdengar suara.
Itu seperti suara, ya suara Danil. Aku tersadar, aku melihat banyak orang di
sekelilingku termasuk Keluargaku, Ellen dan Danil yang ada di sampingku.
Nampaknya semua senang dengan sadarnya aku.
“Dimana gue Nil?” tanyaku. “Lu di Rumah Sakit Gi. Gue seneng
lu bangun Gi. Makasih Gi, lu udah nyelametin gue dan adik gue.” Kata Danil. “ya
ilah, santai aja Nil, gue lakuin itu karena lu itu sahabat gue, bahkan keluarga
gue, gak usah terlalu dipikirin” Kata ku. “Danil, aku seneng kamu bisa selamat.
Kamu bikin aku khawatir sama kamu.” Kata Ellen. “ Ah kamu Ellen bisa aja, oiya
aku mau ucapin ini dari dulu sebenernya. Aku juga sebenernya sayang sama kamu
Len. Tapi aku malu buat ungkapin ini.” Kataku. “yang bener Gi? Ih kamu kenapa
gak ngomong dari dulu aja sih.” Kata Ellen. “maaf Len. Oiya Nil, lagu-lagu kita
udah jadi satu album belum?” kataku. “Belum Gi, tinggal satu lagi.” Kata Danil,
“oh bagus tinggal satu lagi. Coba deh nanti lu cek dikertas yang ada di dalem
botol minuman di tas gue. Itu lirik gue yang terakhir gue buat. Tolong lu
cariin nadanya ya Nil.”ujarku. “Oke siap
bos.” Kata Danil.
Tiba-tiba di tengah perbincangan kami, di jendela aku
melihat laki-laki tua yang ada di dalam mimpiku.Lelaki tua itu tersenyum
padaku. “Laki-laki tua itu? Berarti benar, itu bukanlah hanya sekedar mimpi.
Baiklah.” Kataku dalam hati.
“Semuanya, aku minta maaf kalo aku punya salah sama kalian
sampai saat ini. Aku akan segera pergi ke tempat yang sangat tenang, jauh dari
sini. Ibu, Ayah, maafkan aku udah merepotkan kalian selama ini. Ellen maaf udah
buat kamu jadi kaya gini. Makasih udah menyayangi aku lebih dari seorang
sahabat. Dan buat Danil, lu sohib gue paling baik sob. Inget jangan sombong yee
sama gue. Oiya kalo lagu-lagu kita udah jadi satu album. Tolong ya kasihin ke
produser musik. Gue yakin lagu kita bakalan jadi hits sepanjang masa. Dan satu
lagi, tolong lu jaga Ellen buat gue. Makasih semuanya ya.” Aku berkata kepada
mereka.
“Nil, Ayah sama Ibu gak merasa direpotkan oleh kamu.”Ayahku
berkata. “Danil, aku.. Aku .. baiklah aku akan mengikhlaskan kamu. Aku janji
aku gak akan melupakan kamu Nil.”Ellen berkata kepadaku. “Nil, jangan Nil, ini
semua gara-gara gue! Andai aja gue gak berurusan sama preman-preman itu,
mungkin lu gak akan pergi.”Kata Danil menyesal.
“sudahlah kalian tidak salah apa-apa. Ini semua sudah
takdir, tidak ada yang bisa mengubahnya kecuali Tuhan. Danil, inget, lu harus
kasih lagu-lagu kita ke produser musik dan jaga Ellen baik-baik.!” Aku berkata
untuk yang terakhir kalinya. Aku tersenyum kepada mereka. Lama-kelamaan,
pandanganku mulai buram, dan langsung gelap. Akhirnya aku pergi bersama lelaki
tua itu menuju surga. Aku lega bisa
membuat semua orang bahagia.
10 Tahun Kemudian…
Sepasang suami istri sedang berbincang. “Andai, Egi masih
hidup ya Pah. Pasti dia akan bahagia juga disini.” Kata sang istri. “iya,
andaikan dulu tidak ada dia, mungkin kita gak mungkin bisa seperti ini. Egi,
kami tidak akan melupakan jasamu kepada ku dan orang-orang di sekitarmu. Aku
harap kau bisa mendengar perkataanku.” Kata si Suami. Suami-Istri itu adalah
Danil dan Ellen. Danil sekarang menjadi seorang pencipta lagu yang terkenal,
albumnya yang dibuat bersama ku benar-benar menjadikan pencipta lagu yang
sukses.Aku senang karena impianku dapat terwujud walaupun lewat sahabatku. Kini
aku bahagia di surga , dan mereka bahagia di bumi itu…
*****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar