Jumat, 04 Mei 2012

Cerpen : Perpisahan Tak Terduga

duh udah lama banget gak share-share sesuatu ke member member nih. nih gua  share cerpen aja ya, buatan gue lho..



Menulis dan menulis. Hanya itu yang aku lakukan tiap hari. Nama ku adalah Egi, lengkapnya adalah Egi Rahmatsyah. Aku hanya seorang anak SMA yang ingin sukses menjadi pencipta lagu terkenal. Aku bersekolah di SMA Leader kelas XI-7. SMA ini cukup bergengsi di kotaku. Aku mempunyai sahabat wanita bernama Ellen. Setiap hari Ellen selalu menemaniku.
Setiap hari aku selalu berusaha menciptakan lagu-lagu. Kata teman-teman ku termasuk Ellen lagu-lagu ku bagus-bagus, yang membuatnya bagus adalah lirik-liriknya yang selalu indah menurut mereka. Walaupun begitu setiap minggu aku mengirimkan hampir semua laguku ke produser musik tetapi semua laguku itu ditolak. Menurut mereka lirik lagu ku memang bagus, tetapi nada laguku sangat jelek. Walaupun begitu aku tidak putus asa untuk terus menciptakan sebuah lagu yang nanti akan menjadi hits di dunia permusikan.
Hari-hari ku jalani seperti biasa. Belajar,menulis lagu serta bercanda tawa. Suatu ketika, aku berjalan menyusuri lorong-lorong sekolah. Saat itu sedang jam istirahat. Saat melewati kelas XI-3, aku dikejutkan dengan suara orang bersenandung, nada itu tidak pernah aku dengar sebelumnya, sangat enak di dengar dan sangat menyentuh hati. Aku mencari asal suara itu. Akhirnya aku tengok ke XI-3, dan ternyata ada seorang laki-laki berambut lurus sedang bersenandung disana. Aku menghampirinya dan bertanya “Maaf, lagu yang kau senandungkan lagu siapa?,” “Bukan urusan lu, siapa lu? Gue tidak mengenal orang sepertimu.” Tegasnya. “Maaf, gue Egi. Gue hanya ingin tau itu lagu siapa dan siapa nama lu?” tanyak ku lagi. “Itu adalah nada ciptaan gue sendiri. Sekarang pergilah! Lu gak berhak tau siapa nama gue!” Bentaknya.
Aku turuti keinginannya, akhirnya aku pergi dari tempat orang itu. Saat pulang sekolah aku mengikutinya pulang,tidak terduga aku menabrak Ellen saat sedang membututi laki-laki itu. “Aduh, lu kenapa sih?” Tanya Ellen, “Diam, gue sedang ngikutin orang itu.” Ujarku sambil menunjuk laki-laki itu. “oh si Danil, kenapa lu ngikutin dia?” Tanya Ellen. “Oh namanya Danil, tuh kan, ngajak ngobrol sih lu, Danil hilang kan.” Kataku. Aku kehilangan jejak Danil.
Esok hari aku bertanya tentang Danil kepada Ellen. “Len, kok lu bisa kenal Danil?” tanyakku. “Kenal lah, dia kan selalu satu kelas mulu sama gue pas SMP” jelasnya. “oh pantes, terus dia orangnya gimana Len?” tanyaku. “ Dia itu pendiam Gi, diem banget, gak pernah bergaul sama siapapun, tertutup banget deh orangnya. Terus dia paling gak bisa buat yang namanya puisi, lirik dan semacamnya deh. Dulu sih dia pencipta lagu kaya lu, tapi dia udah berhenti. Soalnya lagu dia enak di denger, tapi liriknya gak disukain orang-orang .Gue yakin di SMA dia masih kaya gitu.Oiya awas lu sama Danil, dia tuh jago berantem” Jelasnya. “Oh dia begitu. Oke makasih banget Len, lu temen gue paling baik dan yang paling gua suka” kataku. Entah kenapa setelah aku bilang begitu kepada Ellen, mukanya memerah. Entahlah.
Sekarang sudah waktu pulang sekolah, aku berencana untuk menemui Danil karena aku ingin mengajaknya membuat lagu bersama. “Aku adalah pembuat lirik lagu terbaik di dunia ini, dan Danil adalah pembuat nada terbaik di dunia. Jika kita bekerja sama, pasti  lagu kami akan menjadi sejarah dan tak kan terlupakan oleh orang-orang. Hahahahaha!” pikirku sambil berangan-angan.
Aku menunggu di depan gerbang sekolah, setelah 15 menit akhirnya Danil lewat gerbang sekolah. Aku menghentikannya, dan langsung berbincang dengannya. “Danil, masih inget gue?” tanyaku, “Lo itu orang yang ganggu gue pas istirahat kan? Tau darimana nama gue?”Tanya Danil. “dari Ellen Nil, Danil, gue mau lu gabung sama gue. Kita kerjasama buat lagu-lagu. Kita jadi tim!” kataku. “Maaf, gue gak berminat!” katanya sangat dingin. “Danil, ayo lah kita bisa jadi sahabat dan meraih sukses bersama. Gue minta ayo kita kerja sama Nil.” Aku memohon. “Gue bilang enggak ya enggak! Lo susah banget sih dibilangin. Gue gak mau berteman sama siapapun, apalagi bersahabat! Dan gue gak berminat gabung sama lu!” Bentaknya.Dia mendorongku sampai jatuh dan akhirnya dia pergi.
“Sial sial!! Ah!!! Kenapa sih susah banget. Padahal niat gue baik. Gue gak akan menyerah sampe dia bener bener mau jadi sahabat gue dan kerjasama buat lagu bareng” ucapku.
Keesokan harinya, saat pulang sekolah lagi,aku bertemu dengannya. “Danil! Gue pengen ngomong sama lu!” panggilku. Dia tidak menggubris ku, dia tetap jalan meninggalkanku. Aku tidak putus asa disitu, aku mengikuti dia. Hal yang tak terduga terjadi, di tengah jalan, Danil dijegat oleh pria-pria kekar berpakaian seperti preman. Mereka berbincang lama sekali. Tiba-tiba Danil dan orang-orang itu berkelahi. Danil terdesak. Aku ingin menolong, tapi aku takut sekali. Tetapi perasaanku sangat kuat untuk menolongnya,akhirnya aku memberanikan untuk membantu Danil. Tepat disampingku ada sebuah balok besar, dan balok itu akhirnya aku pakai untuk memukuli preman-preman itu. Preman itu pun berhasil kabur. Tapi, kondisi Danil sangat lemah. Dia babak belur dan pingsan dihajar preman-preman tadi.
 Aku membawanya ke rumah sakit. Aku menunggunya selama 2 jam. Dia mulai bergerak.“Danil, lu udah sadar?  Aduh kenapa lu berurusan sama preman-preman tadi sih?” kataku. “udahlah bukan urusan lo, lo gak berhak tau tentang itu” katanya. “lu kok gitu sih sama gue? Gue udah selamatin lu juga” kataku. “Saudara Danil, anda sudah boleh pulang sekarang. Tapi tetap minum obat ya.” Tiba-tiba dokter mencela pembicaraan kami. “Ya udah ayo kita pulang” kata Danil. “Tapi, Nil…” kataku “Udahlah ayo pulang, katanya mau bikin lagu bareng” katanya. “ha? lu yakin Nil?” tanyaku heran. “Iya bener, udah jangan banyak Tanya, cepet anter gue pulang dulu. Biar besok kita bisa buat lagu bareng” katanya. Akhirnya aku mengantar Danil pulang ke rumahnya dengan perasaan senang dan tidak percaya, karena akhirnya Danil mau bergabung denganku. Saat aku sampai rumahnya, seorang anak SMP membukakan pintu rumah Danil. “Siapa dia Nil?” tanyaku. “Oh dia adik gue,Hana. gue tinggal disini Cuma berdua doang sama dia. Orang tua gue di luar kota” Jelasnya.
Esok hari, tepat istirahat, Danil menghampiriku dan segera bertanya “Gi, kapan mau buat lagunya?”. “Sekarang aja juga boleh, gue sih udah ada banyak liriknya, tinggal lu nada-in aja Nil” jelasku. “oh begitu, sini liriknya, biar gue jadiin lagu” kata Danil.
Akhirnya sejak saat itu kami mengerjakan proyek membuat lagu bersama-sama. Selama beberapa bulan kami termasuk Ellen selalu bersama dan bersahabat,bersenang-senang.Entah kenapa aku merasa jika Danil sangat mirip denganku. Sampai suatu saat pembuatan 1 album lagu kami hampir selesai, Danil meminta izin ku untuk berhenti sementara karena ingin menyelesaikan urusannya. “Egi,Ellen gue minta waktu 2 hari ya buat nyelesain urusan gue.” Kata Danil kepada aku dan Ellen. “Urusan apa sih Nil?” kata Ellen. “kalian ingat preman-preman yang memukuliku beberapa bulan lalu? Sebenarnya mereka memukuliku waktu itu karena ingin balas dendam denganku. Karena dulu teman mereka masuk penjara karena aku. Dan tadi malam preman-preman itu telah menculik adikku,Hana. Dan mereka mengirimiku surat yang isinya jika adikku ingin selamat, aku harus datang jam 8 malam ini ke… maaf aku tidak bisa mengatakannya.Aku harus membebaskannya, karena dia tidak ada masalah dengan ini.” Danil menjelaskan.  “Tapi Nil, kalo lu sendiri, nyawa lu bakal terancam Nil. Biarin gue ikut sama lu ya? Kita gak mau lu kenapa-kenapa.” Kataku. “Gak usah Gi, ini masalah gue dan gak ada hubungannya sama sekali sama lu. Tenang aja gue gak bakal kenapa-kenapa. ” kata Danil. “Enggak, gue gak bakal mau lu pergi sendiri. Ini sekarang udah jadi urusan kita bersama Nil, selama ini kita udah selalu bareng-bareng. Lu sahabat gua Nil, gue gak akan biarin lu kenapa-kenapa nanti.” Kataku memaksa. Ellen hanya bisa terdiam mengeluarkan air mata. Tiba-tiba Danil memukulku sampai aku terjatuh untuk membiarkan dia pergi sendiri. “Gue pesen sama lu, kalo gue gak balik lagi. Tolong jaga adik gue ya Gi!” kata Danil sebelum pergi. “Danil jangan Nil!” teriakku. Belum sempat berdiri Danil sudah keluar rumah Ellen sambil berlari.
Aku bergegas pergi juga,tetapi Ellen mencegahku. “Gi, kamu mau ngapain ngejar Danil. Nanti kamu juga ikut kenapa-kenapa. Bukankah tadi Danil bilang dia gak akan kenapa-kenapa. Aku mohon Gi, jangan pergi. Satu orang aja udah cukup, jangan semuanya.” Kata Ellen. “Tidak Ellen, aku harus menyelamatkan Danil, dia sedang dalam bahaya.” Kataku. “Tapi kalo kamu kesana, kamu juga dalam bahaya. Aku gak mau kehilangan kamu Gi, selama ini aku sayang sama kamu Gi, tolong ngerti perasaan aku.” Paksa Ellen. “Udah kamu tenang aja Len, aku gak bakal kenapa-kenapa. Ini semua menyangkut kita semua Len, Danil udah bagian dari kita Len. Denger aku, aku sekarang akan pergi, dan kamu telpon polisi nanti saat aku kabari tempat nya Danil menemukan Adiknya. Sekarang aku mau pergi mencari Danil” kataku. “Baiklah, aku laksanakan. Tapi kamu harus janji kalo kamu gak akan kenapa-kenapa.” Kata Ellen. “Iya aku janji” kataku.
Aku keluar, dan segera mencari Danil ke segala pelosok kota. Aku melihat jam, sudah jam 7 malam. Aku hanya punya waktu satu jam untuk mencari keberadaan Danil. Aku terus menerus berlari mencari tempat pertemuan Danil dan preman itu. Aku melihat jam lagi ternyata menunjukkan pukul 08.00 malam. “Sial, aku belum menemukannya” kataku. Aku mencari lagi, sampai di suatu gudang kosong di dekat pantai aku mendengar suara benda keras dibenturkan. Aku segera menghampiri asal suara itu, dan benar, Danil sedang dipukuli oleh preman-preman itu di depan adik Danil sendiri. Adiknya ketakutan sambil menangis histeris. Aku segera ingin membantu Danil, tetapi ada yang menarikku dari belakang. Ternyata dia Ellen yang ternyata sudah membututiku dari awal. “Nil, jangan Nil, aku mohon “ Ellen berkata. “Ga bisa, temen kita lagi sedang dalam bahaya. Aku harus menolongnya. Aku akan mengalihkan perhatian preman-preman itu. Sementara kamu menyelamatkan Hana dan Danil dan langsung telpon polisi” Kata ku. “Baiklah”Ujar Ellen.
Aku langsung berlari sambil membawa kayu untuk memukuli preman-preman itu. Aku pukul preman itu dengan sekuat tenaga, kedua preman itu terjatuh. Ellen pun berhasil menyelamatkan Danil dan Hana. Aku segera lega. “Prang” bunyi itu terdengar bersamaan dengan rasa sakit di kepalaku,aku terjatuh. Ternyata disitu ada satu preman lagi yang baru datang. Ia memukulku karena melihat teman-temannya terjatuh. “Eh bocah , berani-beraninya lu mukul temen-temen gue! Rasain tuh,Jalu dilawan. Hahaha ” Kata Jalu si preman. Kedua preman yang aku pukul langsung berdiri, dan salah satunya berkata “Ayo kita bunuh dia aja, dia udah berani sama kita”. “oke boleh “Kata Jalu. Akhirnya aku dipukuli habis-habisan. Gelap dan sakit, hanya itu yang aku rasakan. Entah berapa lama aku dipukuli.
 Gelap, gelap dan semakin gelap. Tiba-tiba, aku melihat sebuah tempat, serba putih. Aku kaget, disamping ku ada seorang laki-laki tua berjanggut putih dan berpakaian putih. “Sudah waktunya, kau harus ikut denganku.” Kata lelaki itu. “Tapi, aku belum mau” kataku. “Ini semua sudah takdir, tidak bisa kau ubah. Tenang, kau akan berada di tempat yang paling indah, yaitu Surga” Kata lelaki itu. “Tapi, bagaimana dengan temanku? Aku ingin pamit kepada mereka dahulu. Tolonglah Pak Tua, aku ingin sekali mengobrol untuk terakhir kali dengan mereka”aku memohon. “Baiklah, silahkan. Tapi ketika aku datang kau harus siap.” Kata lelaki itu. “Baiklah “ Kataku.
Aku ragu, apakah itu mimpi atau bukan. Entahlah. Tiba-tiba “Egi, bangun Gi.  Egi gue mohon bangun Gi. Lu udah menyelamatkan hidup gue. Gue mohon lu bangun Gi.” Terdengar suara. Itu seperti suara, ya suara Danil. Aku tersadar, aku melihat banyak orang di sekelilingku termasuk Keluargaku, Ellen dan Danil yang ada di sampingku. Nampaknya semua senang dengan sadarnya aku.
“Dimana gue Nil?” tanyaku. “Lu di Rumah Sakit Gi. Gue seneng lu bangun Gi. Makasih Gi, lu udah nyelametin gue dan adik gue.” Kata Danil. “ya ilah, santai aja Nil, gue lakuin itu karena lu itu sahabat gue, bahkan keluarga gue, gak usah terlalu dipikirin” Kata ku. “Danil, aku seneng kamu bisa selamat. Kamu bikin aku khawatir sama kamu.” Kata Ellen. “ Ah kamu Ellen bisa aja, oiya aku mau ucapin ini dari dulu sebenernya. Aku juga sebenernya sayang sama kamu Len. Tapi aku malu buat ungkapin ini.” Kataku. “yang bener Gi? Ih kamu kenapa gak ngomong dari dulu aja sih.” Kata Ellen. “maaf Len. Oiya Nil, lagu-lagu kita udah jadi satu album belum?” kataku. “Belum Gi, tinggal satu lagi.” Kata Danil, “oh bagus tinggal satu lagi. Coba deh nanti lu cek dikertas yang ada di dalem botol minuman di tas gue. Itu lirik gue yang terakhir gue buat. Tolong lu cariin nadanya  ya Nil.”ujarku. “Oke siap bos.” Kata Danil.
Tiba-tiba di tengah perbincangan kami, di jendela aku melihat laki-laki tua yang ada di dalam mimpiku.Lelaki tua itu tersenyum padaku. “Laki-laki tua itu? Berarti benar, itu bukanlah hanya sekedar mimpi. Baiklah.” Kataku dalam hati.
“Semuanya, aku minta maaf kalo aku punya salah sama kalian sampai saat ini. Aku akan segera pergi ke tempat yang sangat tenang, jauh dari sini. Ibu, Ayah, maafkan aku udah merepotkan kalian selama ini. Ellen maaf udah buat kamu jadi kaya gini. Makasih udah menyayangi aku lebih dari seorang sahabat. Dan buat Danil, lu sohib gue paling baik sob. Inget jangan sombong yee sama gue. Oiya kalo lagu-lagu kita udah jadi satu album. Tolong ya kasihin ke produser musik. Gue yakin lagu kita bakalan jadi hits sepanjang masa. Dan satu lagi, tolong lu jaga Ellen buat gue. Makasih semuanya ya.” Aku berkata kepada mereka.
“Nil, Ayah sama Ibu gak merasa direpotkan oleh kamu.”Ayahku berkata. “Danil, aku.. Aku .. baiklah aku akan mengikhlaskan kamu. Aku janji aku gak akan melupakan kamu Nil.”Ellen berkata kepadaku. “Nil, jangan Nil, ini semua gara-gara gue! Andai aja gue gak berurusan sama preman-preman itu, mungkin lu gak akan pergi.”Kata Danil menyesal.
“sudahlah kalian tidak salah apa-apa. Ini semua sudah takdir, tidak ada yang bisa mengubahnya kecuali Tuhan. Danil, inget, lu harus kasih lagu-lagu kita ke produser musik dan jaga Ellen baik-baik.!” Aku berkata untuk yang terakhir kalinya. Aku tersenyum kepada mereka. Lama-kelamaan, pandanganku mulai buram, dan langsung gelap. Akhirnya aku pergi bersama lelaki tua itu menuju surga.  Aku lega bisa membuat semua orang bahagia.
10 Tahun Kemudian…
Sepasang suami istri sedang berbincang. “Andai, Egi masih hidup ya Pah. Pasti dia akan bahagia juga disini.” Kata sang istri. “iya, andaikan dulu tidak ada dia, mungkin kita gak mungkin bisa seperti ini. Egi, kami tidak akan melupakan jasamu kepada ku dan orang-orang di sekitarmu. Aku harap kau bisa mendengar perkataanku.” Kata si Suami. Suami-Istri itu adalah Danil dan Ellen. Danil sekarang menjadi seorang pencipta lagu yang terkenal, albumnya yang dibuat bersama ku benar-benar menjadikan pencipta lagu yang sukses.Aku senang karena impianku dapat terwujud walaupun lewat sahabatku. Kini aku bahagia di surga , dan mereka bahagia di bumi itu…

*****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar